SATUNUSA.CO, LOTIM - Pernahkan mendengar Paer Lenek? Iya, sebutan ini digunakan untuk menyebut asal muasal warga Lenek yang saat ini telah terbagi menjadi 10 desa dan mekar menjadi kecamatan di kabupaten Lombok Timur. Kecamatan Lenek adalah kecamatan termuda di Lombok Timur yang mekar dari kecamatan Aikmel.
Tenyata warga Lenek memilki legenda tersendiri tentang perkampungan pertama yang berdiri di Paer Lenek. Tak hanya cerita turun temurun, legenda yang masih hidup ditengah masyarakat Lenek tersebut juga didukung dengan bukti peninggalan sejarah yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Yakni perkampungan pertama yang berdiri di Lenek.
Legenda tentang asal muasal terbentuknya Lenek hingga berkembang seperti saat ini, menurut salah seorang warga Paer Lenek yang juga kepala desa Lenek Pesiraman M. Surya Jaya Baitul Yadin, berawal dari perkampungan di dusun Peresak yang sekarang masuk menjadi wilayah administratif desa Lenek Pesiraman.
Baca juga: Alunan Budaya Desa Tampilkan Tradisi Boteng Tunggul
Perkampungan tersebut ada sejak zaman kerajaan Selaparang berkembang di pulau Lombok. Saat ini masih dapat kita jumpai puing-puing pondasi bangunan masjid yang pada masa lampau digunakan sebagai sarana ibadah. Pondasi masjid tersebut saat ini berada di areal perkebunan salah seorang warga dusun Peresak desa Lenek Pesiraman.
“ Kita rencananya akan pugar kembali sebagai bukti sejarah dan akan kita daftarakan sebagai salah satu situs sejarah,” jelas Surya.
Konon pada zaman dahulu, warga yang tinggal di perkampungan tersebut tidak boleh lebih dari 100 orang. Jika lebih, maka kelebihan jumlah tersebut dipercayai akan meninggal dunia. Oleh karena itu, warga mencari lokasi lain di wilayah Paer Lenek lainnya untuk mendirikan perkampungan sendiri dengan cara meratakan tanah untuk membuat rumah.
Aktifitas meratakan tanah yang disebut “ lendek ” dalam bahasa sasak ini pulalah, yang kemudian menjadi asal muasal nama Lenek, yang diadaptasi dari kata lendek.
Lokasi tersebut juga rencananya akan digunakan sebagai lokasi begawe belauq, sebuah tradisi do’a bersama masyarakat Paer Lenek sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas nikmat hasil pertanian dan limpahan air yang telah diterima selama ini.
Tradisi begawe belauq juga akan menjadi wahana pemersatu warga paer lenek secara keseluruhan karena akan melibatkan warga dari desa-desa lain di Paer Lenek, seperti tradisi Ngejot atau tradisi mengantar makanan kepada orang tua menjelang hari raya Idul Fitri yang telah dikemas dalam bentuk even budaya. (sm)